Mumpung masih santai gan kali ini saya
mau kasih contoh makalah tentang bentuk2 perilaku menyimpang. Makalah
ini saya tulis lumayan agak lama gan tapi mudah-mudahan bisa bermanfaat.
Langsung aja gan....................
MAKALAH BENTUK-BENTUK PERILAKU MENYIMPANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anonymous menulis
“Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus
tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan
menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau
lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan
pun ikut diserang”.
Mengapa para
pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal
sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa
pula para pelajar banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas, dan hal lainnya
yang menyimpang? Apa yang salah dari semua ini?
Adalah sulit untuk
menentukan suatu penyimpangan karena tidak semua orang menganut norma yang sama
sehingga ada perbedaan mengenai apa yang menyimpang dan tidak menyimpang. Orang
yang dianggap menyimpang berarti melakukan perilaku menyimpang. Tetapi perilaku
menyimpang bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi seorang penyimpang.
Penyimpang adalah orang-orang yang mengadopsi peran penyimpang, atau yang
disebut penyimpangan sekunder.
Dalam perspektif
sosiologi perilaku menyimpang pelajar terjadi karena terdapat penyimpangan
perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial
yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena
dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku
menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus
ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak melalui jalur tersebut berarti
telah menyimpang, atau telah terjadi kenakalan pelajar.
Penyimpangan secara
normatif didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma, di mana
penyimpangan itu adalah terlarang bila diketahui dan mendapat sanksi. Jumlah
dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif tergantung dari besarnya
perbedaan Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau
masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah.
Penyimpangan
biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Pengertian yang
penuh terhadap penyimpangan membutuhkan pengertian tentang penyimpangan bagi
penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan
menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang. Cara-cara para penyimpang
menghadapi penolakan atau stigma dari orang non penyimpang disebut dengan
teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang menjamin bahwa penyimpang dapat
hidup di dunia yang menolaknya, Teknik-teknik yang digunakan oleh penyimpang
adalah kerahasiaan, manipulasi aspek lingkungan fisik, rasionalisasi,
partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang dan berubah menjadi tidak
menyimpang.
Proses sosialisasi
terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan
media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan
lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan
yang diserap oleh setiap pelajar. Karena itulah dalam membahas perilaku
penyimpangan pelajar, penulis menitikberatkan pada pendekatan sistem, yaitu
perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial
terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa pada umumnya para pelajar yang mengalami gejala
disorganisasi sosial dalam keluarga misalnya, maka norma dan nilai sosial
menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi
lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan
perilakunya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian dari perilaku
menyimpang?
2.
Sebutkan faktor-faktor penyebab
terjadinya penyimpangan!
3.
Apa saja bentuk-bentuk perilaku
menyimpang?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
penulisan dalam makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
perilaku menyimpang.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab terjadinya penyimpangan.
3.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk
perilaku menyimpang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Menyimpang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku
menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada
di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat,
semua tindakan manusia dibatasi
oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang
dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat
kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek
pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang
yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :
1.
James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai
hal yang tercela dan di
luar batas toleransi.
2.
Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan
menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3.
Paul Band Horton.
Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap
norma-norma kelompok atau masyarakat.
Penyimpangan terhadap norma-norma
atau nilai-nilai
masyarakat disebut deviasi (deviation),
sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku
menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut
dengan konformitas.
Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang
di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Penyimpangan
Menurut James W. Van Der Zanden,
faktor-faktor penyimpangan sosial adalah longgar/tidaknya nilai dan norma.
Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau benar salah
menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran longgar tidaknya norma
dan nilai sosial suatu masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto penyimpangan/masalah
sosial adalah suatu ketidak sesuai antara unsur-unsur kebudayaan dalam
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan
antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Penyimpangan/masalah sosial
dapat terjadi di dasarkan pada pengertian kebudayaan bahwa pada dasarnya
kebudayaan selalu bergerak (dinamis). Semua kebudayaan mempunyai dinamika atau
gerak. Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat
yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi sebab dia mengadakan
hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadinya hubungan
antar kelompok manusia di dalam masyarakat.
Pengaruh
sosial dan kultural memainkan peran yang besar dalam pembentukan atau
peng-kondisi-an tingkah laku anak–anak remaja.
Sebab–sebab atau
faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Pengaruh lingkungan
keluarga.
Keluarga merupakan
unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak.
Perilaku menyimpang bukan merupakan peristiwa heriditer, bukan merupakan
warisan bawaan sejak lahir, banyak bukti menyatakan bahwa tingkah laku asusila
dan kriminal orang tua serta anggota keluarga lainnya memberikan dampak menular
dan infeksius pada jiwa anak–anak.
Keluarga merupakan
sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja yang berupa
penyimpangan seksual pada remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan
berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan anak dengan
anggota keluarga lain yang tinggal bersama–sama.
Kualitas rumah
tangga atau kehidupan keluarga jelas memainkan peranan paling besar dalam
membentuk kepribadian remaja delinkuen. Baik buruknya struktur keluarga
memberikan dampak baik dan buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak, faktor
keluarga yang menyebabkan penyimpangan seksual pada remaja. Penyebab timbulnya penyimpangan
seksual remaja antara lain adalah kurangnya pengetahuan dan pengertian orang
tua tentang cara pendidikan yang baik, banyak orang tua yang tidak memahami agama
yang dianutnya apalagi mengamalkannya. Sehingga ajaran agama Islam itu praktis
tidak dilaksanakan dalam kehidupan keluarganya.
2. Penyebab Lingkungan di
Sekolah.
Kondisi sekolah
yang tidak menguntungkan juga mempengaruhi terjadinya penyimpangan seksual.
Kondisi tersebut antara lain minimnya fasilitas ruang belajar sedangkan jumlah muridnya
banyak sehingga mereka harus berdesak–desakan duduk di dalam kelas. Selanjutnya
mereka harus mendengarkan pelajaran yang tidak menarik minatnya karena sikap
gurunya yang tidak simpatik dan tidak menguasai metode pendidikan, sehingga
anak–anak tidak bergairah dalam belajar, selain itu adanya guru yang suka
mengobyek di luar sekolah, menyebabkan guru sering absent, menjadi suka membolos,
sering berkeliaran di pertokoan atau mall tanpa pengawasan atau mengganggu murid
lainnya yang sedang belajar.
Kurikulum selalu
berubah–ubah tidak menentu, materi pelajaran selalu ketinggalan zaman dan tidak
sesuai dengan operasi anak muda masa sekarang, anak merasa sangat dibatasi
gerak–geriknya dan merasa tertekan batinnya, kurang sekali kesempatan yang diberikan oleh sekolah untuk melakukan
ekspresi bebas, baik yang bersifat fisik maupun psikis.
Sebagai akibatnya,
anak jadi ikut–ikutan tidak mematuhi semua aturan, ingin jadi bebas liar, mau
berbuat semaunya sendiri, menjadi agresif. Juga suka melakukan perbuatan yang
tidak sesuai dengan norma sosial di luar sekolah untuk melampiaskan kedongkolan
dan frustasinya.
Berdasarkan uraian
diatas, maka jelaslah bahwa betapa berat pengaruh pendidikan sekolah dalam
membentuk ahlak remaja baik dalam kehidupan materi maupun kehidupan iman, etika
dan spiritual mereka.
3. Pengaruh Lingkungan
Masyarakat.
Semakin dewasa anak
semakin banyak kesempatan mereka bergaul dilingkungan masyarakat. Lingkungan
sekitarnya tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dalam
perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa, serta
anak–anak muda kriminal dan anti sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi adolesens
yang masih labil jiwanya, dengan begitu anak–anak remaja ini mudah terjangkit
oleh para kriminal dan asusila dan anti sosial tadi.
Kelompok orang
dewasa dan asusila tersebut biasanya terdiri atas gelandangan, tidak punya
rumah dan pekerjaan yang tetap, malas bekerja namun berambisi besar untuk hidup
mewah dan bersenang–senang.
Pola-pola asusila
ini sangat mudah menjalar pada remaja yang tidak mempunyai motivasi untuk
belajar dan meningkatkan kepribadiannya, sehingga mereka lebih bergairah untuk
melakukan eksperimen dalam dunia hitam yang dianggap penuh misteri namun sangat
menarik keremajaan mereka.
Bila dianalisa lebih
jauh ada beberapa faktor yang mempengarui dan menentukan terjadinya kenakalan
remaja, penyebab kenakalan remaja pada dasarnya berasal dari dalam diri manusia
itu dan pengaruh lingkungan luar dirinya, diantaranya adalah :
a.
Yang berasal dari remaja
seperti kemungkinan tidak beriman atau masih lemah imannya. Kurang tertanam
jiwa beragama dan aktivitasnya tidak tersalurkan, tidak mampu mengendalikan dorongan
hawa nafsunya dan gagal keinginan atau prestasi yang diharapkan.
b.
Yang berasal dari pengaruh lingkungan
(pengaruh luar) seperti pengaruh–pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh
pergaulan di sekolah dan pengaruh
lingkungan pergaulan masyarakat, pengaruh modernisasi.
c.
Akibat merosotnya akhlak,
krisis keimanan.
Dalam proses sosialisasi, seseorang
mungkin dipengaruhi oleh nilai-nilai subkebudayaan yang menyimpang, sehingga
terbentuklah perilaku menyimpang. Contoh : seorang anak dibesarkan pada
lingkungan yang menganggap perbuatan minum-minuman keras, pelacuran, dan
perkelahian sebagai hal yang biasa, maka anak tersebut akan
melakukan perbuatan menyimpang yang serupa. Menurut ukuran masyarakat
luas, perbuatan anak tersebut jelas bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku, maka perbuatan anak tersebut dapat dikategorikan menyimpang. Perilaku
menyimpang tersebut banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Perilaku
menyimpang dapat disebabkan oleh anomi. Secara sederhana anomi diartikan
sebagai suatu keadaan di masyarakat tanpa norma. Konsep anomi yang dikemukakan
oleh Emilie Durkheim adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan
dengan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Seakan-akan tidak mempunyai
aturan-aturan untuk ditaati bersama. Keadaannya menjadi chaos atau kekacauan yang
sulit diatasi. Padahal cukup banyak aturan-aturan yang telah disepakati bersama
dalam masyarakat yang disebut konformitas.
Jika aturan ini dilanggar disebut
deviasi. Apabila pelanggaran sudah dianggap biasa, karena toleransinya
pengawasan sosial, penyimpangan itu akhirnya menjadi konformitas. Contoh:
perbuatan menyuap penjaga lembaga pemasyarakatan.
Menurut Robert K.
Merton,
keadaan anomi dapat menyebabkan penyimpangan sosial. Dikatakan bahwa
dalam proses sosialisasi individu-individu belajar mengenal tujuan-tujuan
penting dalam kebudayaan dan juga mempelajari cara-cara yang dipakai untuk
mencapai tujuan-tujuan budaya tersebut. Anomi terjadi karena adanya
ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara untuk mencapai tujuan
budaya tersebut. Menurut Merton, ada lima tipologi tingkah laku individu untuk
menghadapi hal tersebut yaitu konformitas, inovasilitualisme, pengasingan
diri, dan pem-berontakan.
2.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Bentuk –bentuk penyimpangan
di bagi menjadi enam, yaitu :
1.
Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer
adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan
tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih
diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku
menyimpang tersebut. Misalnya, siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali
melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.
2.
Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan
sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga
berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa
minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang
melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan
masyarakat dan mereka biasanya di cap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”,
"penodong", dan "pemerkosa". Julukan itu makin melekat pada
si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
3.
Penyimpangan individual (individual deviation) adalah
tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu
kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa
rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras.
Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima,
yaitu sebagai berikut.
a.
Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh
pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b.
Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak
taat pada peringatan orang-orang.
c.
Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar
norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat.
d.
Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena
mengabaikan norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau
jiwa di lingkungannya.
e.
Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak
menepati janji, berkata bohong, mengkhianati kepercayaan, dan berlagak membela.
4.
Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma
masyarakatyang berlaku.
5.
Penyimpangan situasional, yakni penyimpangan jenis ini di sebabkan
oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional atau social diluar individu
dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang.
6.
Penyimpangan sistematik, yaitu suatu contoh tingkah laku
yang di sertai organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai,
norma-norma, dan moral tentang semuanya berbeda dengan situasi umum.
A.
Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
1.
Menurut Paul B Horton
penyimpangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Penyimpangan harus dapat
didefinisikan, artinya penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus
berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
2.
Penyimpangan bisa diterima bisa
juga ditolak.
3.
Penyimpangan relatif dan
penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya ditentukan oleh frekuensi dan kadar
penyimpangan.
4.
Penyimpangan terhadap budaya
nyata ataukah budaya ideal, artinya budaya ideal adalah segenap peraturan hukum
yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata dengan budaya
ideal selalu terjadi kesenjangan.
5.
Terdapat norma-norma penghindaran
dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan
orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata
kelakuan secara terbuka.
6.
Penyimpangan sosial bersifat
adaptif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk
menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
B.
Sifat-sifat Penyimpangan
Penyimpangan
sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif. Dengan
demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.
1. Penyimpangan positif
1. Penyimpangan positif
Penyimpangan positif
merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan,
meskipun cara yang dilakukan menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh seorang
ibu yang menjadi tukang ojek untuk menambah penghasilan keluarga
2.
Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif
merupakan tindakan yang dipandang rendah, melanggar nilai-nilai sosial, dicela
dan pelakunya tidak dapat ditolerir masyarakat. Contoh pembunuhan, pemerkosaan,
pencurian dan sebagainya.
C.
Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang
1.
Penyimpangan sebagai akibat
dari proses sosialisasi yang tidak sempurna
Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.
Contohnya seseorang yang berasal dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik si anak secara sempurna sehinga ia tidak mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak mengenal disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.
Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.
Contohnya seseorang yang berasal dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik si anak secara sempurna sehinga ia tidak mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak mengenal disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.
2.
Penyimpangan karena hasil
proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang
Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat. Contoh kelompok menyimpang diantaranya kelompok penjudi, pemakai narkoba, geng penjahat, dan lain-lain.
Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat. Contoh kelompok menyimpang diantaranya kelompok penjudi, pemakai narkoba, geng penjahat, dan lain-lain.
3.
Penyimpangan sebagai hasil
proses belajar yang menyimpang
Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran, televisi dan sebagainya.
Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran, televisi dan sebagainya.
D.
Teori-Teori Penyimpangan
Penyimpangan yang
terjadi dalam masyarakat dapat dipelajari melalui berbagai teori, diantaranya
sebagai berikut.
1.
Teori Labeling
Menurut Edwin M.
Lemert, seseorang menjadi orang yang menyimpang karena proses labelling berupa
julukan, cap dan merk yang ditujukan oleh masyarakat ataupun lingkungan
sosialnya. Mula-mula seseorang akan melakukan penyimpangan primer (primary
deviation) yang mengakibatkan ia menganut gaya hidup menyimpang (deviant life
style) yang menghasilkan karir menyimpang (deviant career).
2.
Teori Hubungan Diferensiasi
Menurut Edwin H.
Sutherland, agar terjadi penyimpangan seseorang harus mempelajari terlebih
dahulu bagaimana caranya menjadi seorang yang menyimpang. Pengajaran ini
terjadi akibat interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain yang
berperilaku menyimpang.
3.
Teori Anomi Robert K Merton
Robert K. Merton
menganggap anomie disebabkan adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan
cara-cara yang diapakai untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton terdapat
lima cara
pencapaian tujuan
budaya, yaitu:
a. Konformitas
Konformitas adalah
sikap yang menerima tujuan budaya yang konvensional (biasa) dengan cara yang
juga konvensional.
b. Inovasi
b. Inovasi
Inovasi adalah sikap
seseorang menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan
nlai-nilai budaya sambil menempuh cara baru yang belum biasa dilakukan.
c. Ritualisme
Ritualisme adalah
sikap seseorang menerima cara-cara yang diperkenalkan sebagai bagian dari
bentuk upacara (ritus) tertentu, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.
d. Retreatisme
Retreatisme adalah
sikap seseorang menolak baik tujuan-tujuan maupaun cara-cara mencapai tujuan
yang telah menajdi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.
e. Pemberontakan
Pemberontakan adalah
sikap seseorang menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya
masyarakatnya dan menggantikan dengan cara baru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adakalanya
terjadi penyimpangan terhadap nilai dan norma yang ada.
Tindakan manusia yang menyimpang dari nilai dan norma atau peraturan disebut
dengan perilaku menyimpang. Terutama pada kalangan remaja karena tingkat
emosionalnya cukup tinggi dan belum mampu mengontrol diri dalam mengambil
pergaulan. Perilaku menyimpang ini tidak memandang umur baik anak-anak sampai
orang dewasa bisa melakukan perilaku menyimpang tersebut.
3.2 Saran
Sebaiknya
kita harus lebih memperhatikan dan mentaati segala aturan dan norma yang
berlaku di lingkungan kita karena perilaku menyimpang dapat menyebabkan
kerusakan moral pada masyarakat terutama pada remaja, apalagi pada zaman ini
banyak terdapat perilaku menyimpang sehingga kita harus lebih menjaga diri dari
perilaku-perilaku tersebut agar tidak merusak masa depan kita.
Ok gan makalahnya dah beres........saya mau cabut dulu gan ada sesuatu..........hehehe