Rabu, 03 September 2014

Makalah Bentuk Perilaku menyimpang

Mumpung masih santai gan kali ini saya mau kasih contoh makalah tentang bentuk2 perilaku menyimpang. Makalah ini saya tulis lumayan agak lama gan tapi mudah-mudahan bisa bermanfaat. Langsung aja gan....................

MAKALAH BENTUK-BENTUK PERILAKU MENYIMPANG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Anonymous menulis “Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan pun ikut diserang”.
            Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para pelajar banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas, dan hal lainnya yang menyimpang? Apa yang salah dari semua ini?
            Adalah sulit untuk menentukan suatu penyimpangan karena tidak semua orang menganut norma yang sama sehingga ada perbedaan mengenai apa yang menyimpang dan tidak menyimpang. Orang yang dianggap menyimpang berarti melakukan perilaku menyimpang. Tetapi perilaku menyimpang bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi seorang penyimpang. Penyimpang adalah orang-orang yang mengadopsi peran penyimpang, atau yang disebut penyimpangan sekunder.
            Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang pelajar terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak melalui  jalur tersebut berarti telah menyimpang, atau telah terjadi kenakalan pelajar.
            Penyimpangan secara normatif didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma, di mana penyimpangan itu adalah terlarang bila diketahui dan mendapat sanksi. Jumlah dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif tergantung dari besarnya perbedaan Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah.
            Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Pengertian yang penuh terhadap penyimpangan membutuhkan pengertian tentang penyimpangan bagi penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang. Cara-cara para penyimpang menghadapi penolakan atau stigma dari orang non penyimpang disebut dengan teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang menjamin bahwa penyimpang dapat hidup di dunia yang menolaknya, Teknik-teknik yang digunakan oleh penyimpang adalah kerahasiaan, manipulasi aspek lingkungan fisik, rasionalisasi, partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang dan berubah menjadi tidak menyimpang.
            Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap oleh setiap pelajar. Karena itulah dalam membahas perilaku penyimpangan pelajar, penulis menitikberatkan pada pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya para pelajar yang mengalami gejala disorganisasi sosial dalam keluarga misalnya, maka norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilakunya. 

1.2 Rumusan Masalah
            Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Apa pengertian dari perilaku menyimpang?
2.      Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan!
3.      Apa saja bentuk-bentuk perilaku menyimpang?

1.3 Tujuan
            Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari perilaku menyimpang.
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan.
3.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku menyimpang.

 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Menyimpang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
            Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
            Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :
1.      James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
2.      Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3.      Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
            Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.


2.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan
            Menurut James W. Van Der Zanden, faktor-faktor penyimpangan sosial adalah longgar/tidaknya nilai dan norma. Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran longgar tidaknya norma dan nilai sosial suatu masyarakat.
            Menurut Soerjono Soekanto penyimpangan/masalah sosial adalah suatu ketidak sesuai antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Penyimpangan/masalah sosial dapat terjadi di dasarkan pada pengertian kebudayaan bahwa pada dasarnya kebudayaan selalu bergerak (dinamis). Semua kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi sebab dia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadinya hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat.
            Pengaruh sosial dan kultural memainkan peran yang besar dalam pembentukan atau peng-kondisi-an tingkah laku anak–anak remaja.
            Sebab–sebab atau faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Pengaruh lingkungan keluarga.
            Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak. Perilaku menyimpang bukan merupakan peristiwa heriditer, bukan merupakan warisan bawaan sejak lahir, banyak bukti menyatakan bahwa tingkah laku asusila dan kriminal orang tua serta anggota keluarga lainnya memberikan dampak menular dan infeksius pada jiwa anak–anak.
            Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja yang berupa penyimpangan seksual pada remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama–sama.
            Kualitas rumah tangga atau kehidupan keluarga jelas memainkan peranan paling besar dalam membentuk kepribadian remaja delinkuen. Baik buruknya struktur keluarga memberikan dampak baik dan buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak, faktor keluarga yang menyebabkan penyimpangan seksual pada remaja. Penyebab timbulnya penyimpangan seksual remaja antara lain adalah kurangnya pengetahuan dan pengertian orang tua tentang cara pendidikan yang baik, banyak orang tua yang tidak memahami agama yang dianutnya apalagi mengamalkannya. Sehingga ajaran agama Islam itu praktis tidak dilaksanakan dalam kehidupan keluarganya. 

2. Penyebab Lingkungan di Sekolah.
            Kondisi sekolah yang tidak menguntungkan juga mempengaruhi terjadinya penyimpangan seksual. Kondisi tersebut antara lain minimnya fasilitas ruang belajar sedangkan jumlah muridnya banyak sehingga mereka harus berdesak–desakan duduk di dalam kelas. Selanjutnya mereka harus mendengarkan pelajaran yang tidak menarik minatnya karena sikap gurunya yang tidak simpatik dan tidak menguasai metode pendidikan, sehingga anak–anak tidak bergairah dalam belajar, selain itu adanya guru yang suka mengobyek di luar sekolah, menyebabkan guru sering absent, menjadi suka membolos, sering berkeliaran di pertokoan atau mall tanpa pengawasan atau mengganggu murid lainnya yang sedang belajar.
            Kurikulum selalu berubah–ubah tidak menentu, materi pelajaran selalu ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan operasi anak muda masa sekarang, anak merasa sangat dibatasi gerak–geriknya dan merasa tertekan batinnya, kurang sekali kesempatan yang  diberikan oleh sekolah untuk melakukan ekspresi bebas, baik yang bersifat fisik maupun psikis.
            Sebagai akibatnya, anak jadi ikut–ikutan tidak mematuhi semua aturan, ingin jadi bebas liar, mau berbuat semaunya sendiri, menjadi agresif. Juga suka melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma sosial di luar sekolah untuk melampiaskan kedongkolan dan frustasinya.
            Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa betapa berat pengaruh pendidikan sekolah dalam membentuk ahlak remaja baik dalam kehidupan materi maupun kehidupan iman, etika dan spiritual mereka.

3. Pengaruh Lingkungan Masyarakat.
            Semakin dewasa anak semakin banyak kesempatan mereka bergaul dilingkungan masyarakat. Lingkungan sekitarnya tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dalam perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa, serta anak–anak muda kriminal dan anti sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi adolesens yang masih labil jiwanya, dengan begitu anak–anak remaja ini mudah terjangkit oleh para kriminal dan asusila dan anti sosial tadi.
            Kelompok orang dewasa dan asusila tersebut biasanya terdiri atas gelandangan, tidak punya rumah dan pekerjaan yang tetap, malas bekerja namun berambisi besar untuk hidup mewah dan bersenang–senang.
            Pola-pola asusila ini sangat mudah menjalar pada remaja yang tidak mempunyai motivasi untuk belajar dan meningkatkan kepribadiannya, sehingga mereka lebih bergairah untuk melakukan eksperimen dalam dunia hitam yang dianggap penuh misteri namun sangat menarik keremajaan mereka.
            Bila dianalisa lebih jauh ada beberapa faktor yang mempengarui dan menentukan terjadinya kenakalan remaja, penyebab kenakalan remaja pada dasarnya berasal dari dalam diri manusia itu dan pengaruh lingkungan luar dirinya, diantaranya adalah :
a.       Yang berasal dari remaja seperti kemungkinan tidak beriman atau masih lemah imannya. Kurang tertanam jiwa beragama dan aktivitasnya tidak tersalurkan, tidak mampu mengendalikan dorongan hawa nafsunya dan gagal keinginan atau prestasi yang diharapkan.
b.      Yang berasal dari pengaruh lingkungan (pengaruh luar) seperti pengaruh–pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di  sekolah dan pengaruh lingkungan pergaulan masyarakat, pengaruh modernisasi.
c.       Akibat merosotnya akhlak, krisis keimanan.
            Dalam proses sosialisasi, seseorang mungkin dipengaruhi oleh nilai-nilai subkebudayaan yang menyimpang, sehingga terbentuklah perilaku menyimpang. Contoh : seorang anak dibesarkan pada lingkungan yang menganggap perbuatan minum-minuman keras, pelacuran, dan perkelahian sebagai hal yang biasa, maka anak tersebut akan melakukan perbuatan menyimpang yang serupa. Menurut ukuran masyarakat luas, perbuatan anak tersebut jelas bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, maka perbuatan anak tersebut dapat dikategorikan menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Perilaku menyimpang dapat disebabkan oleh anomi. Secara sederhana anomi diartikan sebagai suatu keadaan di masyarakat tanpa norma. Konsep anomi yang dikemukakan oleh Emilie Durkheim adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan dengan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Seakan-akan tidak mempunyai aturan-aturan untuk ditaati bersama. Keadaannya menjadi chaos atau kekacauan yang sulit diatasi. Padahal cukup banyak aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam masyarakat yang disebut konformitas.
            Jika aturan ini dilanggar disebut deviasi. Apabila pelanggaran sudah dianggap biasa, karena toleransinya pengawasan sosial, penyimpangan itu akhirnya menjadi konformitas. Contoh: perbuatan menyuap penjaga lembaga pemasyarakatan.
                Menurut Robert K. Merton, keadaan anomi dapat menyebabkan penyimpangan sosial. Dikatakan bahwa dalam proses sosialisasi individu-individu belajar mengenal tujuan-tujuan penting dalam kebudayaan dan juga mempelajari cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan budaya tersebut. Anomi terjadi karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut Merton, ada lima tipologi tingkah laku individu untuk menghadapi hal tersebut yaitu konformitas, inovasilitualisme, pengasingan diri, dan pem-berontakan.

2.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Bentuk –bentuk penyimpangan di bagi menjadi enam, yaitu :
1.          Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya, siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.
2.          Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya di cap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”, "penodong", dan "pemerkosa". Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
3.          Penyimpangan individual (individual deviation) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras. Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
a.       Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b.      Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
c.       Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat.
d.      Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
e.       Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati kepercayaan, dan berlagak membela.
4.          Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakatyang berlaku.
5.          Penyimpangan situasional, yakni penyimpangan jenis ini di sebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional atau social diluar individu dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang.
6.          Penyimpangan sistematik, yaitu suatu contoh tingkah laku yang di sertai organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma, dan moral tentang semuanya berbeda dengan situasi umum.

A.    Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
1.      Menurut Paul B Horton penyimpangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, artinya penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
2.      Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
3.      Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya ditentukan oleh frekuensi dan kadar penyimpangan.
4.      Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal, artinya budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan.
5.      Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.
6.      Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

B.     Sifat-sifat Penyimpangan
Penyimpangan sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif. Dengan demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.
1. Penyimpangan positif
Penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh seorang ibu yang menjadi tukang ojek untuk menambah penghasilan keluarga
2.      Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif merupakan tindakan yang dipandang rendah, melanggar nilai-nilai sosial, dicela dan pelakunya tidak dapat ditolerir masyarakat. Contoh pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan sebagainya.

C.    Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang
1.      Penyimpangan sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna
Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.
Contohnya seseorang yang berasal dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik si anak secara sempurna sehinga ia tidak mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak mengenal disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.
2.      Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang
Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat. Contoh kelompok menyimpang diantaranya kelompok penjudi, pemakai narkoba, geng penjahat, dan lain-lain.
3.      Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang menyimpang
Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran, televisi dan sebagainya.

D.    Teori-Teori Penyimpangan
Penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat dapat dipelajari melalui berbagai teori, diantaranya sebagai berikut.
1.      Teori Labeling
Menurut Edwin M. Lemert, seseorang menjadi orang yang menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap dan merk yang ditujukan oleh masyarakat ataupun lingkungan sosialnya. Mula-mula seseorang akan melakukan penyimpangan primer (primary deviation) yang mengakibatkan ia menganut gaya hidup menyimpang (deviant life style) yang menghasilkan karir menyimpang (deviant career).
2.      Teori Hubungan Diferensiasi
Menurut Edwin H. Sutherland, agar terjadi penyimpangan seseorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana caranya menjadi seorang yang menyimpang. Pengajaran ini terjadi akibat interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain yang berperilaku menyimpang.
3.      Teori Anomi Robert K Merton
Robert K. Merton menganggap anomie disebabkan adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang diapakai untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton terdapat lima cara
pencapaian tujuan budaya, yaitu:
a. Konformitas
Konformitas adalah sikap yang menerima tujuan budaya yang konvensional (biasa) dengan cara yang juga konvensional.
b. Inovasi
Inovasi adalah sikap seseorang menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nlai-nilai budaya sambil menempuh cara baru yang belum biasa dilakukan.
c. Ritualisme
Ritualisme adalah sikap seseorang menerima cara-cara yang diperkenalkan sebagai bagian dari bentuk upacara (ritus) tertentu, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.
d. Retreatisme
Retreatisme adalah sikap seseorang menolak baik tujuan-tujuan maupaun cara-cara mencapai tujuan yang telah menajdi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.
e. Pemberontakan
Pemberontakan adalah sikap seseorang menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakatnya dan menggantikan dengan cara baru.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
          Adakalanya terjadi penyimpangan terhadap nilai dan norma yang ada. Tindakan manusia yang menyimpang dari nilai dan norma atau peraturan disebut dengan perilaku menyimpang. Terutama pada kalangan remaja karena tingkat emosionalnya cukup tinggi dan belum mampu mengontrol diri dalam mengambil pergaulan. Perilaku menyimpang ini tidak memandang umur baik anak-anak sampai orang dewasa bisa melakukan perilaku menyimpang tersebut.

3.2 Saran
            Sebaiknya kita harus lebih memperhatikan dan mentaati segala aturan dan norma yang  berlaku di lingkungan kita karena perilaku menyimpang dapat menyebabkan kerusakan moral pada masyarakat terutama pada remaja, apalagi pada zaman ini banyak terdapat perilaku menyimpang sehingga kita harus lebih menjaga diri dari perilaku-perilaku tersebut agar tidak merusak masa depan kita.
  
Ok gan makalahnya dah beres........saya mau cabut dulu gan ada sesuatu..........hehehe

3 komentar: